Saya tidak pernah bergabung dengan komunitas teater di universitas, kecuali
hanya sekedar memandang dari jauh (dan kebetulan saya memang kurang cocok
dengan gaya pergaulan 'sastrawi' di kampus saat itu). Namun bohong bila saya
tidak belajar seni peran di tempat lain. Saya pernah sedikit belajar manggung
di sebuah group teater amatir di Malang.
Musikalisasi puisi ala Ari & Reda ini
(https://www.youtube.com/watch?v=Vp-hw0WH1T4) mengingatkan saya pada masa-masa
indah di mana almarhum ibu dan kakak-kakak saya begitu percaya dengan pergaulan
malam saya di luar rumah, termasuk ketika saya belajar prosa, puisi, dan drama
secara informal di beberapa kampus di Malang. Salah satu diskusi yang saya
hadiri membahas puisi bertajuk Malam Susut Kelabu, sebuah karya melankolis yang
begitu piawai dikarang oleh Goenawan Mohamad, sang sastrawan multitalenta
kelahiran Batang, Jawa Tengah.
Para hadirin yang mayoritas masih muda seakan hanyut di alam khayalan ketika
musikalisasi puisi itu dimainkan. Saya yang belum punya pasangan saat itu hanya
bisa tersenyum simpul melihat beberapa mahasiswi yang bersandar di bahu
pacarnya seraya memejamkan mata, menikmati kesyahduan lagu dan petikan gitar
sang biduan.
Sampai sekarang saya nggak entos main teater, tapi paling tidak saya
dapat ilmu bagaimana mencintai puisi; mengekspresikan kata-kata indah untuk
merayu sang belahan hati dan tentunya untuk mengampu Mata Kuliah Creative
Writing di semester ini.
@haritsmasduqi
Comments
Post a Comment