BEAUTIFUL WOMEN

Tak terasa dua puluh tahun berlalu. Semua melaju, berubah melawan waktu. Nyaris sudah aku petik semua buah jerih payah di masa muda. Mulai makan pangsit mie di pinggir kali sampai menikmati spaghetti di daerah Little Italy. Beberapa kota terkenal mulai dari kota pendidikan ternama sampai pusat mode dunia juga sudah aku kunjungi. 

Seiring dengan keberhasilanku itulah, sekarang muncul lagi bidadari-bidadari yang dulu menguasai hati. Wajah dan penampilan mereka tetap melenakan pikiran, namun tentu saja aku sadar mereka tak mungkin kurindukan. Beberapa sudah terlihat bahagia dengan pasangan dan putra-putrinya. Sebagian yang lain masih berjuang sepenuh hati mencari belahan hati, entahlah bisa jadi berburu cinta pertama atau kedua atau bahkan yang kelima! Ah, wanita cantik tak ubahnya kupu-kupu betina, cenderung mudah hinggap di mana saja. 

Lantas kawan, apa sebenarnya keindahan wanita? 

Wanita adalah makhluk mulia yang misterius dan mempesona. Beberapa diantaranya terlihat seperti wanita jamak pada umumnya – susah dibilang jelita, tetapi sukar juga dikatakan berwajah biasa. Wanita-wanita seperti ini bila dikaruniai kecerdasan diatas rata-rata dan budi pekerti yang menawan hati cenderung mampu menggapai apa yang diinginkannya. Rasanya aku tidak perlu menyebut nama-nama wanita yang masuk kategori ini. Aku yakin kau banyak membaca dan mampu menyimpulkannya.

Beberapa wanita lainnya begitu beruntung memiliki penampilan lahiriah yang sedap dipandang mata; wanita-wanita berwajah rupawan yang mungkin dalam seumur hidupmu kau hanya bisa melongo memandang mereka di pariwara media massa, berita selebriti manca negara, dan film-film ternama. Sebenarnya aku bisa menggambarkan kecantikan wajah dan kemolekan tubuh mereka, tapi sekali lagi aku rasa itu tidak perlu. Aku yakin kau sering menonton acara hiburan dan mampu membayangkan wanita-wanita mana yang sebenarnya bisa aku ilustrasikan. 

Wanita-wanita jelita terkadang seperti fatamorgana. Seolah tiada, seakan-akan tak nyata. Kalaupun mereka tampak di depan mata, tubuhnya laksana dipenuhi stiker bertuliskan ‘Dipandang Silakan, Dipegang Jangan’. Wanita-wanita inilah yang membius logika dan mampu menggerakkan bibir pria yang tertutup rapat sekalipun untuk tersenyum menggoda. Biasanya tak lama kemudian rayuan-rayuan gombal pulau kelapa mulai bertebaran di udara: 

“You are gorgeous.” 
“Vous etes vraiment belle.” 
“Sei dolcissima.” 
“Eres atractiva.” 
“Anti faatatun jamilah jiddan.” 
“Sampean kok ayu tenan.” 

Malam ini aku sedang tidak berselera bicara, walau aku tahu wanita di depanku sejak tadi mencuri pandang, memandangi wajahku dengan seksama. Penampilannya sungguh chic bak wanita karir di Wall Street dengan setelan celana formal dan blazer yang senada. Namun sekilas saja aku melihatnya dan melanjutkan menikmati secangkir kopi di atas meja. 

Dari kejauhan di antara bangunan kampus Harvard bernuansa merah bata dan hamparan rumput berona hijau muda, aku melihat seorang wanita setengah baya dan pria muda berpandangan tanpa bersuara. Keduanya seperti terpana dan tampak ragu berbicara. Aku mengambil ponselku di saku celana dan mulai mengabadikan momen canggung pertemuan mereka. 

@HaritsMasduqi

Harvard University

Comments