Mengapa tidak sedikit anak dari keluarga nan sederhana sukses
menggapai impian hidupnya ketika dewasa dibandingkan dengan anak dari keluarga
berkecukupan yang tidak kurang apa-apa? Mengapa nasib mereka ketika dewasa jauh
berbeda padahal ilmu dan kecerdasannya semasa sekolah relatif sama? Banyak
faktor yang menjadi penyebab. Salah satunya adalah tingkat kehalalan rezeki yang
diperoleh orang tua untuk
menghidupi anak-anaknya.
Halalkah penghasilan yang kita dapatkan untuk memberi makan dan
menyekolahkan anak-anak kita? Yakinkah kita bahwa penghasilan kita tidak
tercampur dengan pendapatan lain yang tidak jelas halal haramnya? Sudahkah kita
mengajarkan pegangan hidup kepada anak-anak kita untuk membedakan secara jelas
mana yang halal dan mana yang haram? Banyak pertanyaan yang bisa kita ajukan
dan renungkan.
Terkadang ketika asyik merenung dalam kesendirian, saya sering
heran dengan 'kebaikan' Gusti Allah mengijinkan saya untuk memperoleh beasiswa
perjalanan dan membentangkan makalah akademik di empat benua. Saya tidak mampu
menduga sebab terjadinya skenario Tuhan Seru Sekalian Alam tersebut. Apa yang
bisa saya lakukan hanyalah bersyukur dan berdoa semoga Gusti Allah mengijinkan
anak-anak, keponakan, kerabat, sahabat, murid-murid saya, dan para pembaca
kelak juga mengalami kebahagiaan yang sama; sekolah setinggi-tingginya dan bila
mungkin berkelana mentadaburi bumi Allah yang luas ini sejauh-jauhnya. Aamiin.
Di dalam relung hati saya yang terdalam, saya percaya bahwa keberhasilan seseorang
itu belum tentu atas usaha dan kecerdasannya. Bukankah tidak jarang orang yang
sekolahnya terlihat tidak istimewa saja tapi mampu berprestasi luar biasa
setelah meninggalkan bangku sekolah? Bukankah tidak sedikit orang yang nilai
ujiannya biasa saja ketika kuliah namun setelah wisuda bisa bekerja di
perusahaan yang bergengsi dan ternama? Bisa jadi kesuksesan seseorang itu
berasal dari doa saudara
kandung, kerabat, malaikat, dan orang-orang yang bersimpati kepadanya.
Bisa juga keberhasilan itu terjadi karena amalan dan doa dari orang tua yang terus menerus pagi, siang, dan malam ditujukan untuk keberhasilan putra-putrinya. Bukankah 'ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua'? Maka beruntunglah seorang anak yang memiliki kedua orang tua yang membesarkannya dengan rezeki halal, gemar beristighfar, dan ikhlas berdoa untuknya:
"Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami, istri-istri
kami, dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami
pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa. Aamiin."
Somewhere, 27 Desember 2011
@HaritsMasduqi
Comments
Post a Comment